Minggu lalu, 12-13 April, weekend di Lumajang. Kota yang tidak terlalu besar, tapi lumayan rapih. Panasnya memang menyengat, dan yang lebih sulit lagi, Jl. Panglima Sudirman dibuat searah, panjang banget. Beberapa kali mau cari oleh-oleh khas Lumajang (pisang agung yang gedenya luar biasa, sama kripik pisangnya yang enak), tapi harus keliling-keliling Jl. Sudirman beberapa kali. Anak-anak di belakang, yang kebanyakan nonton F1 dan main PS, sudah mulai menggoda, "Lap pertama sudah dilewati. Kita melewati becak Pak Karto, melewati sepeda Jumakir, dan sudah di posisi pertama." Ternyata, kebablasan lagi, sehingga mengulang di jalan yang sama. Begitu terus sampai 4 lap. Kalau ada petunjuk yang lebih jelas untuk daerah tujuan wisata di dalam kota Lumajang sendiri, mungkin lebih menarik.
Yang paling menarik di Lumajang, tentu saja adalah pisangnya. Pisang Ratu namanya, dan panjangnya bisa mencapai hampir 50 cm. Pisang biasa, termasuk pisang Ambon yang ukurannya besar, biasanya panjangnya cuma sekitar 25 cm, itu termasuk sangat besar. Pisang Ratu Lumajang, panjangnya 2 kali lipat dari pisang Ambon. Harganya juga termasuk lumayan, 1 sisir sekitar 20-25 ribu rupiah. Termasuk agak mahal, memang, tetapi melihat besarnya, kayaknya kok sepadan.
Istriku, yang memang suka beli-beli, langsung beli 3 sisir, gak tahu siapa yang menghabiskan nantinya. Tidak enak langsung dimakan begitu saja, dan harus dikukus atau digoreng dulu, baru enak. Anak-anak memang hobby makan pisang, jadi begitu sampai di rumah hari Minggu malam, besok Seninnya langsung minta Ibu yang bantu di rumah untuk menggorengnya. Sorenya, sambil nonton TV dan ngobrol, enak juga makan pisang goreng, tambah pisang kukus, dan ditambah lagi dengan kripik pisang. Serba pisang.....
(Kayak waktu kecil di Kawunganten dulu. Rumah Budhe di dekat pasar dulu dikelilingi oleh kebun pisang yang luas (Sekarang sudah gak ada lagi kebun pisangnya, yang ada hanya rumah-rumah dan rumah). Kalau lagi panen pisang, pasti dibawa ke Gunungsari, jadi bisa ikut makan pisang sampai bertundun-tundun. Sudah lama sekali tidak makan pisang dalam jumlah yang banyak sampai mblenger begitu)
Pulang dari Lumajang sudah agak malam, karena memang makan malam dulu di sana. Makan ikan bakar sama ayam goreng. Enak masakannya, lokasinya juga enak. Tapi karena keasyikan, akhirnya agak kemalaman pulangnya. Rencana pulang jam 7 sore, akhirnya terlaksana jam 7:30.
Kelambatan yang hanya 30 menit itu rupanya berakibat panjang. Rupanya jam-jam segitu merupakan jam keluarnya truk-truk gandeng yang jalannya merayap. Terpaksa harus bersabar juga mengikuti kecepatan truk gandeng, sambil mencuri-curi nyalip kalau ada kesempatan. Begitu terus mulai dari Lumajang, Klakah, Ranuyoso, Leces, sampai di Probolinggo. Jengkel juga sih, karena harus tertahan kayak gitu. Bahkan musik asyik yang didengar, dan ikut dinyanyikan sama anak-anak, tidak bisa cukup mengangkat suasana. Lain kali, kayaknya mendingan pulang agak siangan dari sana.
Sampai di Malang, sudah malem. Hampir tengah malem bahkan, sampai harus bangunkan Satpam perumahan, yang ternyata ketiduran dua-duanya.